Showing posts with label Rohani. Show all posts
Showing posts with label Rohani. Show all posts

Whether He Give Me Miracles or Not : He IS STILL GOD

"Whether He Give Me Miracles or Not : He IS STILL GOD", bukan kalimat yang mudah untuk diucapkan & diimani selama kita hidup dan berada di dunia ini. Kalimat ini tiba-tiba terlintas di tengah-tengah situasi pikiran dan tubuh yang tidak fokus dan sehat. Kondisi yang tidak ideal dan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan seringkali membuat kita kembali mempertanyakan TUHAN, entah itu otoritasNya, keadilanNya hingga kasihNya.




Sejak kecil ,kita diajarkan bahwa Tuhan itu maha baik dan maha kuasa. Ia akan memberikan apa yang kita minta melalui doa-doa yang dipanjatkan. Ia Allah yang begitu penuh perhatian dan belas kasihan sehingga Ia tidak akan begitu TEGA melihat umat ciptaanNya menderita di tengah-tengah dunia ini. Pemahaman akan Allah yang akan segera menolong dan tidak tega-an ini pelan-pelan membentuk opini & pola pikir kita. Kita ingin sesuatu, kita mau sesuatu sehingga kita berdoa dan di dalam namaNya kita percaya bahwa kita PASTI akan menerimanya.




Kita mempunyai banyak kebutuhan entah itu kebutuhan fisik (makanan,minuman,pakaian) ataupun kebutuhan non-fisik (penghargaan diri, agama, dll) yang menuntut pemenuhan atasnya. Dengan gabungan pengetahuan yang pernah kita dengar di tempat ibadah, kita mulai berpikir kalau Allah mau memberikan AnakNya yang tunggal itu, masa sih Dia tidak mau mengabulkan apa yang kita minta ? Bukannya ada tertulis di dalam kitab suci Matius 7 :7-8 yang berbunyi :



7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

Ayat-ayat ini yang menjadi penguatan dan jaminan bagi sebagian besar dari kita, orang-orang percaya untuk 'menagih' pembuktian dari ayat tersebut pada Allah. Ini juga diperkuat dengan tambahan ayat-ayat 'unggulan' akan janji Allah seperti berikut :

Yoh 10 : 10b = Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.



Yer 29 : 11 = Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan


Oleh karena itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan bila ada orang kristen yang kemudian marah-marah ketika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada hidupnya. Sesuatu hal yang kadang-kadang kita rasa sebagai 'kesialan'. Bahkan banyak yang tidak abis mengerti pada Tuhan karena Ia sering kali memberikan "kejutan-kejutan" yang tidak diharapkan (bukan kejutan positif menurut kita tentunya).









Seringkali apa yang kita inginkan dan harapkan justru berlawanan arah dengan apa yang Tuhan inginkan. Itulah sebabnya tidak semua yang kita doakan dan inginkan itu terwujud. Kita berdoa. Kita menginginkan apa yang menurut kita itu enak, penting dan berguna bagi diri kita sendiri. Kita lebih suka melihat pembuktian secara fisik. Kita percaya dengan apa yang kita lihat. Kita tidak suka menunggu. Kita suka hal-hal yang berbau instant. Tanpa sadar akhirnya kita menguji Tuhan menurut kriteria kita sendiri. Muncul lah si logika dan si naluri dari dalam diri. Pertanyaan demi pertanyaan pun muncul. Argumen-argumen berterbangan mengawal presuposisi yang memang sudah terbentuk dari awal kita percaya pada Tuhan.





"Kalo Tuhan itu baik, mengapa masih ada orang miskin di dunia ini ?"



"Mengapa masih ada orang-orang yang untuk makan saja susahnya minta ampun dan sebaliknya ada orang-orang yang terlalu kaya sehingga makannya tergantung selera dan suka menyisakan makanan begitu saja ?"





"Mengapa Tuhan begitu cepat memanggilnya ? Dia kan anak Tuhan yang rajin sekali pelayanan dan sangat cinta Tuhan. Umurnya masih begitu muda sekali ... "



"Kenapa sih hujannya mesti turun gede sekarang ? Kalo gini kan jadi telat ke gerejanya"




"Tuhan, saya ini kan sedang akan melayaniMu. Kenapa pula motor saya kempes di tengah jalan seperti ini ?"



Well, tentunya masih banyak pertanyaan yang biasanya kita tanyakan ke Tuhan menyangkut tega ato tidak teganya Pribadi Tuhan sendiri, dengan dasar pemahaman yang sudah tertanam sejak kecil bahwa Allah itu sangat baik dan sangat mengasihi kita - Kalau Ia saja merelakan Anak-Nya yang tunggal itu mati bagi kita, masakan Ia tidak memberikan apa yang kita minta.





Bukankah demikian ?





bersambung ...











Barang-Barang yang Mulai Punah : KOMITMEN

Nampaknya akhir-akhir ini dunia lagi benar-benar membutuhkan komitmen. Persediaan komitmen sudah sangat langka dan kalaupun ada harganya pun sangat mahal adanya. Komitmen dibutuhkan dalam segala aspek dan segala bidang mau itu bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, pertahanan keamanan. Komitmen merupakan barang mewah yang dicari-cari mulai dari istana hingga rumah-rumah kumuh. Komitmen adalah hal yang diburu hampir semua kalangan mulai dari pemimpin negara hingga guru desa. Tidak ada satu bidangpun, orang pun, posisi pun yang tidak butuh apa yang kita sebut sebagai komitmen itu.



Memasuki tahun 2010 ini, komitmen menjadi barang yang mulai memasuki kategori 'punah' -- semakin langka dari pasaran yang ada. Bahkan tak jarang ada banyak orang yang tidak 'kenal' apa itu komitmen. Beberapa diantaranya bahkan suka memperdagangkan 'komitmen' dengan dicampur-campur dengan bahan lain menjadi KOMPLOS : Komitmen Oplosan. Komitmen jenis ini benar-benar tidak murni lagi adanya karena nilai sejatinya sudah tak ada.



Tentunya komitmen yang saya maksud disini bukanlah sesuatu dalam bentuk barang yang bisa dicari di toko-toko / supermarket terdekatmu. Ia bukan suatu gift/karunia yang hanya ada dan diberikan pada orang-orang tertentu saja. Ia juga bukan suatu hal yang mustahil untuk didapatkan dan dibentuk. Komitmen terbentuk dari keteguhan hati untuk melakukan apa yang ia yakini sebagai sesuatu yang benar, bernilai dan berharga secara konsisten tanpa dipengaruhi oleh keadaan yang ada.



Lebih mudah menulis artikel dan teori-teori tentang bagaimana menjadi orang yang berkomitmen daripada menjadi orang yang berkomitmen itu sendiri. Nilainya terlalu tinggi, harga yang harus dibayar terlalu mahal dan tidak jarang mereka yang berkomitmen adalah mereka yang harus menyangkal dirinya dan melawan ego sendiri. Tidak ada komitmen yang terbentuk dalam kondisi aman dan nyaman. Kalaupun ada itu bukanlah komitmen yang sesungguhnya, komitmen seperti ini biasanya tidak bertahan lama.



Saya teringat dengan artikel kata-kata bijak mengenai komitmen yang membuat saya berpikir kembali sesungguhnya apa itu komitmen sendiri :



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang suami menerima istrinya dengan segala kekurangan dan kelemahannya tanpa menghakimi. Bersyukur ketika istrinya tampil menawan, dan sama bersyukurnya ketika sang istri mengenakan daster dengan wajah berminyak tanpa make-up. Bersyukur ketika bentuk tubuh sang istri berubah setelah melahirkan, dan tetap mengecupnya sayang sambil bilang, "Kamu cantik."



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang suami tidak membongkar kelemahan istrinya pada orang lain. Sebaliknya, menutupi rapat-rapat setiap kekurangan itu dan dengan bangga bertutur bahwa sang istri adalah anugerah terindah yang pernah hadir dalam hidupnya.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang istri menunggui suaminya pulang hingga larut malam, membuatkan teh hangat dan makanan panas, dan tetap terbangun untuk menemani sang suami bersantap serta mendengarkan cerita-ceritanya yang membosankan di kantor.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang istri bertahan ketika suaminya jatuh sakit, dan dengan sukacita merawatnya setiap hari. Menghiburnya, menemaninya, menyuapinya, memandikannya, membersihkan kotorannya.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang istri terus mendampingi suaminya tanpa mengeluh atau mengomel. Sebaliknya, dengan setia tetap mendukung dan menyemangati meski sang suami pulang ke rumah dengan tangan kosong, tanpa sepeser uang pun.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat sepasang suami istri memutuskan untuk terus mengikatkan diri dalam pernikahan, dengan tulus dan sukacita, meskipun salah satu dari mereka tidak bisa memberikan anak.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat putra pelaku kriminal berkata kepada Ayahnya, "Saya percaya pada Papa. Papa tetap yang terbaik."



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang yang bergelar S3 dengan jabatan direktur perusahaan multinasional pulang ke rumah orangtuanya, mencium mereka dengan hormat, serta memanggil mereka 'Ayah' dan 'Ibu'.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang Ayah menerima kembali anaknya yang telah menyakiti dan meninggalkannya begitu rupa dengan tangan terbuka, memeluknya dan melupakan semua kesalahan yang pernah dilakukan si anak terhadapnya.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang Ibu mengelus sayang anak yang pernah mencacinya, dan tetap mencintainya tanpa syarat.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang mengulurkan tangan kepada sahabatnya yang terjerembab, menariknya berdiri dan membantunya berjalan tanpa mengatakan, "Tuh, apa kubilang! Makanya."



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang pekerja menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik, sekalipun tugas itu amat berat dan upah yang diperoleh tidak sepadan.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati dan tekad demi mencapai sebuah tujuan, sekalipun ia belum dapat mengetahui hasil akhir dari tujuan tersebut. Berjerih payah dan berkorban demi menyelesaikan tujuannya, sekalipun semua orang meninggalkannya.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang rela meninggalkan segala sesuatu yang berharga demi memenuhi panggilan hidupnya, walau harga yang harus dibayar tidak sedikit dan medan yang ditempuh tidak ringan.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang memikul resiko dan konsekuensi dari keputusannya tanpa mengeluh, dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur sebagai bagian dari kehidupan yang terus berproses.



Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang berani setia dan percaya, meski harapannya tidak kunjung terpenuhi dan tidak ada yang dapat dijadikan jaminan olehnya.



Komitmen adalah sesuatu yang melampaui segala bentuk perbedaan, perselisihan dan pertengkaran. Ia tidak dapat dihancurkan oleh kekurangan, kelemahan maupun keterbatasan lahiriah. karena ketika kita berani mengikatkan diri dalam sebuah komitmen, kita telah 'mati' terhadap kepentingan diri sendiri.


Izinkan saya menyimpulkan tulisan ini dengan kalimat seorang perempuan bijak yang saya temukan beberapa waktu lalu:



"In the final analysis, commitment means: 'Here I am. You can count on me. I won't fail you.'"





Hari Minggu pertama di Minggu pertama 2011

Pagi ini, hari minggu pertama di minggu pertama tahun 2011.

Sudah berencana bangun jam 6 pagi. Sudah pasang alarm di HP. HP pun sudah diletakkan di samping kepala. Tidak mungkin tidak bangun, pikirku.

Ternyata aku salah. Rencanaku meleset ...

Alarm HP sama sekali tak kuhiraukan. Alarm itu memang berseru pada jam 6 pagi, tapi aku langsung membuatnya terdiam. Sebentar saja. Masih mau baring-baring bentar. 5 menit. Mata ini pun perlahan menutup.

Sayangnya ternyata aku salah. Perkiraanku meleset ...

Tidak ada 5 menit. Mendadak aku terbangun dari mimpi kilat. Segera kulihat jam di HP. 6.50 AM ! Itu berarti hampir 1 jam mata ini tidak sengaja tertutup.

Astaga ! Pasti akan sangat telat ke gereja. Malah jauh pula ...

Sambil terburu-buru sarapan pagi (sempetin sepotong roti untuk ganjel perut lah), minum MILO segelas, langsung mandi kilat, "go-gi" & siap-siap ke gereja. Pelupuk mata ini masih sempat melihat ke jam yang diam di dinding, 7.05 AM ! Astaga..

Sambil berjalan mencari angkutan umum, hati ini terus berbicara, "Pasti telat banget nih, sampe sana harusnya jam 8". "Pasti telat ! Ga mungkin enggak !" Sambil kaki ini melangkah, sambil menyesal sangat karena bangun kesiangan dan pakai acara meremin mata sejenak pula.

Sampe depan jalan raya, wah itu angkot M25 lewat aje di depan mata. "Yaah !" Beda beberapa detik aja padahal. Fiuh, sambil membuang nafas dan mulai menunjukkan tanda-tanda bersungut-sungut. Syukurnya tak beberapa lama kemudian, angkot M25 muncul lagi. Kali ini kosong. "Naik engga yah ? Naik ga, naik ga", hati ini bergumul. Akhirnya kupaksakan kaki ini melangkah naik. Kenapa perlu bergumul seperti itu ? Untuk mereka yang hidup bersama angkot pasti cukup ngerti. Angkot itu sukanya ngetem. Lha wong yang penumpangnya ada aja masih suka ngetem & jalan lambreta, apalagi ini KOSONG ! Bakal hobi ngetem dah. Pikiranku bersuara : "Sudahlah, toh sudah pasti telat ini. Ga mungkin you bisa datang tepat waktu gitu. Mustahil."

Ternyata aku salah. Pengalamanku meleset ...

Angkot ini sama sekali tidak ngetem. Sama sekali tidak ! Sang sopir pun mengendarai mobilnya dengan cukup cepat. Tidak ada lambreta. Ga seperti biasanya. Heran bercampur syukur. "Thanks God, paling ga aku ga telat-telat banget lah ke gereja". Jam menunjukkan pukul 7.15 ketika ia belok memasuki kawasan Green Ville, sebelah KFC. Jalanan menuju gereja memang cukup parah dan rusak di depan-depannya sehingga setiap kendaraan pasti akan berjalan perlahan-lahan. Well, not bad God. Paling ga telatnya bisa berkurang 15 menit lah jadi 7.45..

Ternyata aku salah. Perhitunganku meleset ...

Entah jam berapa aku sampai di gereja (sudah ga sempet lihat jam lagi saking buru-buru). Yang jelas masih sempat ke toilet dulu, sebelum akhirnya bel lonceng gereja berdentang, tanda ibadah baru akan dimulai. Kupikir bakal sulit dapat tempat duduk nih kalau uda tepat pas jam 7.30. But, sekali lagi : "I am wrong. The seats are available"

Puji Tuhan ! Langsung saja aku pilih tempat duduk yang nyaman dan kebetulan tak terlalu ramai.

Ibadah dibuka dengan suatu pujian nan indah. Karya seorang Thomas O. Chisholm (1866-1960) yang digubah dengan begitu megahnya oleh sang komposer William M. Runyan (1870-1957). Pujian yang benar-benar menggambarkan pengalaman hidup sang penyair dan membandingkannya dengan besar kesetiaan Tuhan. Lagu yang begitu indah, begitu hikmat, dimainkan dengan indah melalui permainan tuts-tuts piano yang selaras dengan telinga ini.

Doa-doa ucapan syukur dinaikkan dengan penuh ucapan syukur dan haru. Tidak lupa malu. Malu karena sering sekali meragukan kesetiaan & kebesaran Tuhan. Malu karena terlalu banyak mengeluh. Malu karena sering dan selalu berdosa setiap hari. Katanya cinta Tuhan, katanya mengasihi Tuhan, tapi kok kayak gini ? Bersyukur untuk refleksi diri ketika momen pengakuan dosa tadi.

Sang MC begitu hikmat, begitu meresap dan menyatu dengan ibadah yang dipimpinnya. Membawa setiap kami semakin dalam ke dalam hadiratNya. Dengan kata-kata motivasi, intonasi nada & alur yang baik, jemaat dibawa untuk bersekutu lebih intim pada Sang Kepala Gereja.

Pujian-pujian dilantun dengan indah. Pujian paduan suara pun tidak kalah indahnya. Pesan Kristus dalam perjamuan terakhir tersampaikan melalui komposisi nada dan irama.

Tibalah saat Firman disampaikan. Firman yang begitu menegur. Firman yang mengingatkan & menuntut kita untuk memberi yang terbaik & tahu untuk bersyukur. Tapi tidak sampai disitu saja, Firman yang sama yang membimbing , menguatkan dan menyegarkan.

Bagian perjamuan kudus adalah bagian spesial dari ibadah pagi tadi. Pujian "Pimpin ke Kalvari" mengantarkan setiap jemaat untuk duduk diam, mempersiapkan hati sungguh-sungguh sebelum mengambil bagian dalam perjamuan kudus. Sementara musik dilantunkan, aku jatuh ke dalam perenungan yang cukup dalam. Kalau tidak salah ada 4 bait yang dinyanyikan :

Kumahkotai Raja Hidup,
Mulia Bagi-Mu,
Ingat Mahkota Duri-Mu,
Pimpin Ke Kalvari.

Ia Terbaring Dalam Kubur,
Murid Pun Bersedih,
Malaikat Berjubah Putih,
Jaga Di Samping-Mu.

Maria Di Pagi Hari,
Datang Ke Kubur-Mu,
Namun Kosonglah Kubur-Mu,
Engkau Telah Bangkit

'Ku Rela Segenap Hati,
Memikul Salibku,
T'rima Cawan Beserta-Mu,
Pimpin Ke Kalvari.

Reff
Tak 'Ku Lupa Getsemani,
Tak 'Ku Lupa Sengsara-Mu,
Tak Kulupakan Kasih-Mu,
Pimpin Ke Kalvari.


Pelan-pelan pikiran & hati ini mulai mencerna setiap kata yang terkandung di dalam lirik ini. Di dalam momen untuk perenungan ini, aku kembali berpikir. "Seberapa sering pengorbanan Kristus aku ingat & jadi motivasi untuk berjuang dan setia ?" Jarang, lebih sering ia hadir ketika momen Jumat Agung, Natal atau paling sering di hari Minggu. Sisanya ? Kadang ingat, kadang lupa. Seringkali pula ga tau diri. Pertanyaan kedua pun hadir : "Apakah Ku Rela Segenap Hati, Memikul Salibku ?" Jujur, tidak. Bagaimana dengan T'rima Cawan Beserta-Mu, Pimpin Ke Kalvari ? Boro-boro, lebih baik cawan ini segera berlalu atau kalau bisa ga pernah dapat cawan ini.

Bagian reff dari pujian ini, membuat aku tertunduk lesu, lidah terasa kelu. Sama sekali tak ada suara yang keluar dari tenggorokan ini. Speechless. Yang ada hanya perasaan malu, karena ga pantas menyandang predikat pengikut Kristus, lebih cocok pengikut diri. Tak suka memikul salib. Tak suka meminum cawan. Kalo pun terpaksa, mikul salib yang kecil & cawan yang sedikit aja.

Tak 'Ku Lupa Getsemani ? Tak 'Ku Lupa Sengsara-Mu ?
...

Tak Kulupakan Kasih-Mu ? Bukankah seringkali lebih mudah untuk mengeluh dan bertanya mengapa Tuhan. Bukankah lebih mudah untuk mempertanyakan kasih Tuhan ? Bagian ini pun tidak lulus ...

Pimpin Ke Kalvari ? ...

Semakin merenung, semakin menyadari diri yang rapuh ini. Diri yang masih labil. Diri yang masih sering mengerutu dan sulit mengendalikan emosi diri. Masih senang dibuai hawa nafsu. Masih suka jatuh bangun bersama musuh Tuhan. Bagaimana bisa diri seperti ini berjalan ke Kalvari ? How could ?

Tidak mungkin. Sama sekali tidak mungkin !

Kucoba beranikan diri membuka suara menyanyikan seluruh bait pujian yang megah ini. Di tengah-tengah perasaan berdosa, malu & tak layak, aku tersadar. Pujian ini tidak hanya menegur, tapi juga memberikan pengharapan dan kekuatan. Pengharapan karena Raja Hidup ini telah bangkit. Ada kuasa yang lebih besar dari belenggu dosa & maut. Kuasa yang juga diberikan pada setiap orang yang mau mengikutNya. Kuasa yang sama, yang memampukan pengikut Raja Hidup ini untuk berjalan & melewati jalan salibnya. Ada kekuatan yang ditawarkan disana. Ada Kristus yang juga menerima cawan ini, besertaku. Ada Kristus yang memikul salib ini bersama-sama denganku. Tidak ada jalan salib yang enak. Tidak ada jalan salib yang menggembirakan, yang membuat kita tertawa. Tidak ada jalan salib tanpa pengorbanan *Seperti layaknya Kristus pun demikian kita*.

Kristus tak bersalah ? Ya
Kristus disiksa ? Ya
Kristus mengeluh ? Ya.
Kristus menangis ? Ya
Kristus berteriak kesakitan ? Ya
Kristus menyerah ? Tidak


Ibadah hari ini membuat aku tersadar. Perkiraan, Perhitungan, Pengalaman, Pikiran, Rencana ku
tidak sanggup mendikte Tuhan. Tuhan terlalu besar & maha untuk bisa dibatasi dalam otak manusia yang kurang dari 1500 cc. Kalau Tuhan mau, pasti terjadi.
Pengetahuan tentang iman tidaklah cukup.
Pengalaman tentang iman pun tidaklah cukup.

Benar-benar butuh kasih karunia & anugerah.
Benar-benar butuh iman.
Benar-benar butuh pengharapan
Benar-benar butuh.




Senin, 27 Desember 2010 20:20 PM

Senin, 27 Desember 2010 20:20 PM ...

Hari ini, Senin, hari dimana banyak orang menggerutu. Lepas dari dunia mimpi, hiburan, dan kesenangan. Selesai pula perayaan hari natal mulai 24, 25 dan 26 Desember. 3 hari full ke gereja & beribadah terus (uda mirip malaikat lama-lama hehe ..)

Bangun tidur juga rasanya maless banget.

Back to real world again ..

Jalanan Jakarta mulai agak sepi. Mungkin banyak yg uda pada cuti. Atau masih pada tidur. Bolos ?!?

Entah kenapa hari ini ada 2 orang yang bertanya secara berurutan.
Satu di dalam angkot. Satu lagi ketika menunggu bis.

Orang pertama bertanya tentang lokasi terminal. Coba untuk memberi jawab, sambil menunjukkan tempatnya. Dia hanya menggangguk lalu diam. Orang kedua, bertanya tentang bis yang menuju ke Bekasi. Kembali memberi jawab padanya. Sepertinya dia masih baru & terlihat khawatir akan tersesat. Sambil tersenyum, menyakinkannya bahwa bis itu memang menuju ke sana. Sesaat kemudian bis itu datang, sambil bergerak mengejar bis tersebut, dia berkata "Terima Kasih.", sambil diiringi senyum yang tulus.

Dua orang, dua pertanyaan, dua respon yang berbeda

Sudah 30 menit berlalu dari percakapan dengan pemuda tadi, bis belum juga datang. Tak sengaja terlihat dari arah seberang, melesat dengan kencang bis yang dinanti. 30 menit penantian, tapi bis yang dinanti pun tak bersua.

Kaki ini bergerak, menuju arah seberang. Tempat dimana bis tersebut lewat. Sudah berganti jalur rupanya, biasanya ia lewat sini. Di tengah matahari yang cukup terik, badan ini terasa pegal menggendong beban (tas seberat 5 kg).

Posisi kini berganti. Tidak lagi menunggu di tempat tadi. Beberapa detik bergulir, bis lain yang juga bisa menuju ke tempat kerja lewat begitu saja, begitu saja ke tempat penantian 30 menit yang lalu. Mau menggerutu ? Marah ? Sebel ? Wajar saja, tak ada yang melarang. Itu manusiawi. Sayangnya semuanya itu cuma terlintas di benak, tak sampai berbuah dosa. Suatu suara berbisik "Hadapi hari ini dengan bersyukur".

Tak lama, muncul bis yang ditunggu, tepat berhenti di depan mata. Dengan hati bersyukur, kaki ini melangkah naik. Mata ini mencari bangku yang layak untuk menaruh badan. Bis itu kosong. Sepi.
Puji Tuhan. Jarang seperti ini.


Perjalanan tak lama, jauh lebih cepat 20-30 menit dari biasanya. Seperti biasa, bis tak berhenti di depan kantor, kaki ini harus melanjutkan fungsinya. Di tengah rimbunnya pepohonan hijau, suara burung yang berkicau dan geraman mesin mobil, hati ini berdoa :

"Tuhan, izinkanlah hari ini menjadi hari yang boleh dilewati dengan penuh ucapan syukur. Hari ini mungkin tidak lebih mudah dari kemarin. Ada banyak godaan, masalah, dan tantangan yang mungkin terjadi. Tetapi, biarlah anugrahMu yang mencukupkan semuanya, untuk hari ini. Ajarkan hati ini bagaimana mengucap syukur. Menyerahkan hari ini dalam tanganMu. Apa yang terjadi, semuanya di dalam kuasa & rencanaMu. Amin"

Ada perasaan tenang & damai di hati ini. Begitu masuk pagar kantor, seorang satpam menyambut dengan senyuman. Mulut ini membalasnya. "Selamat Pagi, Pak". Tak lupa anggukan kepala & sedikit senyuman di bibir. Ada percakapan sedikit di antara kami. Jarang terjadi biasanya. Mungkin ini karena doa barusan ...

Sisa hari diisi dengan kegiatan bicara dengan manusia, tidak melulu komputer, FB, email & YM. Jiwa ini jiwa sosial, bukan mesin. Bukan barang statis.

Entah mengapa bos yang biasa dingin, tiba-tiba mengajak bicara & bisa tertawa kecil. Pemandangan yang langka selama ini. Kami akhirnya terlibat percakapan kecil. Mungkin ini akibat doa tadi ...

Sisa hari ini dipenuhi dengan senyuman.

Bersyukur untuk makan bekal yang dibuat dan diracik oleh tangan seorang ibu. Aroma bumbu kasih & ketulusan hati begitu terasa. Sayangnya, ini tak dijual di toko manapun.

Bersyukur untuk juice belimbing tadi. Walaupun harganya menggagetkan. Rp.10.000 / gelas untuk ukuran warung dari kain terpal. Ingin rasanya marah / menggerutu pada sang penjual, tapi tertahan di mulut. "Belajar memberi lebih kepada orang-orang kecil. Hidup mereka tidak seberuntung dirimu. Bisakah kau mengucap syukur ?", suara itu kembali berbisik. Teringat doa tadi pagi, jiwa ini bersyukur "Terima Kasih, Tuhan"

Bersyukur untuk relasi yang semakin akrab dengan teman-teman sekantor
Mengucap syukur untuk pengetahuan & pelajaran yang didapat hari ini.

Is this me ?

Tidak, ini karena Tuhan. Jiwa ini hanya bisa berdoa & berusaha.
Pendosa ini belajar sekali lagi apa itu bersyukur. Belajar melihat untuk bisa hidup di dalam anugrah itu butuh anugrah. Untuk bisa bersyukur pun butuh anugrah Tuhan.

Doa hanyalah permulaan, kasih & anugrah Tuhan lah yang menuntun hingga pada akhirnya


In Christ alone will I glory
Though I could pride myself in battles won
For I’ve been blessed beyond measure
And by His strength alone I’ll overcome
Oh, I could stop and count successes like diamonds in my hands
But those trophies could not equal to the grace by which I stand

In Christ alone
I place my trust
And find my glory in the power of the cross
In every victory
Let it be said of me
My source of strength
My source of hope

Is Christ alone

In Christ alone do I glory
For only by His grace I am redeemed
For only His tender mercy
Could reach beyond my weakness to my need
And now I seek no greater honor in just to know Him more
And to count my gains but losses to the glory of my Lord

In Christ alone
I place my trust
And find my glory in the power of the cross
In every victory
Let it be said of me
My source of strength
My source of hope







Hadiah Bagi Sang Raja (3)

Sambungan dari part 2

Mur dalam Kitab suci muncul dalam Yohanes 19 dimana Nikodemus menggunakannya untuk meminyaki mayat Tuhan Yesus. Mur biasanya dibawa kepada orang yang sudah meninggal dan dalam hal ini melambangkan seorang Nabi yang akan dibunuh. Jadi dalam pemberian itu tersirat makna bahwa Yesus adalah Raja, Imam dan Nabi yang akan dibunuh. Iman seperti ini tidak terdapat di Israel melainkan diluar orang Israel. Kadang Yesus mempermalukan iman dari orang Israel dan berkata ,” Iman seperti ini tidak pernah Aku jumpai di Israel!”

Jadi orang Israel yang notabene beragama dan hidup mempelajari Kitab Suci tidak pernah bertumbuh dalam iman, tidak menerobos melihat kepada Kristus lebih dalam lagi dan akhirnya mati dalam penafsiran tertentu saja. Jauh sebelum orang banyak percaya siapa Yesus, sebelum murid Yesus mengakui Yesus itu siapa, Orang Majus sudah mengetahui bahwa Yesus itu Raja, Imam dan Nabi (yang tersirat dalam persembahan itu). Orang Majus seperti ini adalah orang yang berbahagia.

Tuhan ijinkan cerita Orang Majus ini dicatat di dalam lembar pertama Injil Matius. Untuk apa? Untuk mempermalukan seluruh silsilah orang Yahudi. Orang Yahudi punya silsilah yang luar biasa dari anak Abraham, anak Daud sampai Kristus. Namun setelah itu tidak ada lagi orang yang punya iman yang mengarah kepada Tuhan Yesus. Maka muncullah orang diluar silsilah Yahudi dan orang itu adalah orang Majus. Sekarang ini, mungkin orang-orang Non-Kristen sudah lama Tuhan persiapkan menjadi orang Kristen hanya kadang waktunya belum sampai dan Tuhan sudah menguji iman mereka. Dalam katekisasi misalnya ada orang yang mengikuti pembinaan 17 kali lalu ujian dan wawancara tetapi belum juga dapat lulus. Ada yang merespon bahwa hal itu tidak apa-apa dan tetap setia ikut pembinaan sekali lagi, ada pula yang marah-marah tidak terima. Disini kelihatan mana yang tahan uji dan yang tidak.

Orang majus setelah tiba bertemu Yesus waktu itu harus memutuskan untuk terima atau tidak. Mungkin di perjalanan mereka sudah membayangkan anak ini akan elok atau akan disambut dengan meriah dengan jamuan makan atau minum oleh orang tuanya. Alkitab tidak mencatat bahwa mereka diberikan minum, dan diberikan roti. Sekarang ini, banyak orang mau percaya Yesus dengan diimingi tawaran yang menggiurkan oleh pendeta palsu. Percaya Tuhan Yesus akan menjadi kaya, segala penyakit sembuh oleh bilur-bilurNya. Reform tidak memakai cara tawaran seperti itu.

Waktu orang Majus melihat Tuhan Yesus, mereka dihadapkan dengan keputusan untuk kembali ke Herodes atau pulang kampung atau menukar hadiah. Orang Majus tetap setia, dan tidak mengganti hadiahnya. Kalau Yesus bukan Tuhan, ini tidak mungkin. Sekarang saya tanya, “Siapa yang memikirkan untuk persiapkan kado untuk Tuhan? Kalau iya, kado apa yang akan diberikan?” Jika mau meniru orang Majus yang memberikan emas, kemenyan, dan mur itu barang semua Tuhan yang ciptakan dan Tuhan yang punya, sang penguasa Alam. Lalu hadiah apa yang paling Tuhan senang? Jawabannya yaitu Saudara membawa jiwa kepada Tuhan Yesus. Orang Majus waktu datang bukan karena hadiahnya yang besar sehingga Tuhan berkenan melainkan jiwa mereka, hidup mereka yang rela berkorban untuk datang. Itulah yang bernilai. Tuhan tidak butuh hadiah fisik orang Majus tetapi orang yang datang mengantarkan langsung lah yang diperkenanNya.

Gembala datang tidak membawa kado, tidak sempat pulang mandi, masih bau-bau karena mereka datang di hari H Yesus lahir. Gembala datang tidak membawa kado dan tidak pernah berkata ke Maria bahwa nanti kadonya akan menyusul. Tidak ada itu. Mereka pulang dan tidak berikan kado lagi. Mengapa? Karena Tuhan Yesus tidak butuh kado materi. Hati dari gembala yang datang, itu Tuhan perkenan. Amin?

Saya tanya saudara, dalam hari Natal ini saudara sudah persiapkan apa? Apakah dengan pikiran menerka-nerka, “Oh Natal kayak begini, Oh Yesus kayak begini… ya sudahlah”. Jika seperti itu, saudara ibarat menjadi orang Majus yang sudah melangkah akhirnya bertemu dengan Tuhan Yesus lalu menjadi kecewa dan saudara pulang. Atau saudara seperti Herodes yang tidak mau datang tapi hanya dengar informasi lalu menolak semua berita itu? Atau saudara sebagai imam-imam kepala yang ada di Yerusalem yang mengerti Alkitab tapi tidak mengerti siapakah Tuhan Yesus itu.

Yesus sudah lahir begitu lama, tapi Yerusalem semua masih sepi dan tidak ada orang yang mengetahui. Yesus sudah lahir 2000 tahun lebih, tetapi masih banyak orang yang masih belum mengenal Tuhan Yesus. Saya pernah bicara sama supir taksi tentang Tuhan Yesus. Dia tanya saya, “Yesus itu siapa ya? Saya belum pernah dengar ada Yesus”. Heran saya. Supir Bluebird di Jakarta. Teknologi sudah begitu maju, informasi gereja begitu banyak, tapi Yesus tidak pernah diketahuinya. Ini suatu fakta yang cukup mengagetkan. Saudara yang datang ke tempat ini, sudah siapkan kado apa? Kalau Tuhan sudah memberikan kado yang begitu besar, yaitu diri-Nya sendiri, saudara kasih apa?

Biarlah saudara sungguh-sungguh membuka hati dan kembali kepada Tuhan serta kembali berespon kepada Nya. Saudara sudah berjalan begini jauh, mungkin ada yang 2 jam, 1,5 jam atau 1 jam. Sudah ikut Natal seperti ini, maukah Saudara membuka hati? Atau Saudara sudah datang susah-susah, saudara kecewa lalu pulang. Dan saudara yang membuka hati, Tuhan tidak melupakan saudara. Mari kita berdoa.

sumber : http://www.facebook.com/notes/soney-lie/ringkhot-mrii-kebon-jeruk-kkr-natal-univ-esa-unggul-minggu-20-des-2009-hadiah-ba/181638538530774

Hadiah Bagi Sang Raja (2)

Sambungan dari part 1

Mari kita lihat rahasia Orang Majus dalam menjalankan misi ini. Pertama, Setelah Orang Majus mendapat berita keselamatan, mereka pun pergi meninggalkan tempat asal mereka dengan membawa barang bawaan beserta budak-budaknya. Selama diperjalanan, mereka tetap setia mempertahankan barang bawaan mereka (emas, kemenyan dan mur) dengan taruhan dapat dirampok atau dibunuh. Kedua, sebenarnya Orang Majus dapat menyuruh budak-budaknya untuk pergi mengantarkan semua itu tanpa harus turun tangan dan tidak perlu repot antar sendiri seperti orang kaya menyuruh kurir untuk antar barang. Ketiga. Biasanya seseorang yang memberikan persembahan kepada bayi yang baru lahir, akan sungkan kepada bayinya atau orang tuanya? Pastilah sungkan ke orang tua bayi. Selanjutnya, orang memberikan besar persembahan pastilah cenderung melihat siapa orang tua bayi. Jika bayinya adalah anak orang susah maka diberikan persembahan yang biasa saja. Jika orang tua si bayinya adalah seorang bos besar maka diusahakan mencari yang agak mahal.

Namun bagaimana dengan orang Majus ini. Sudahkah mereka mengenal Maria dan Yusuf sebelumnya? Kalau belum kenal, mengapa mereka nekad melakukan itu semua? Orang majus waktu membawa hadiah bukan sungkan kepada Maria dan Yusuf, bahkan sebelumnya mereka tidak tahu siapa Maria dan Yusuf. Mereka lihat bukan orang tua si bayi, tetapi bayi itu sendiri. Mereka tahu anak ini anak siapa. Anak ini adalah Anak Raja. Maka mereka membawa persembahan yang sesuai dengan siapa yang akan menerima. Karena Raja yang akan menerima, maka mereka memberi persembahan untuk sang Raja. Koq Raja bisa Anak. Koq Anak bisa Raja? Kalau raja menurunkan anak, anak itu pastilah akan menjadi anak raja yang akan meneruskan pemerintahan. Keturunan raja pastilah lahir di istana, kalau anak lahir di palungan pastilah bukan anak raja.

Inilah iman yang luar biasa yang dimiliki oleh Orang Majus itu. Ia punya iman yang menerobos sampai dalam sekali. Jika Yesus bukan Tuhan, tidak mungkin Orang Majus melakukan hal bodoh tersebut. Banyak orang tidak mau percaya Tuhan Yesus. Namun kita yang sudah mengetahui dari sudut kelahirannya ini, dapatlah menyimpulkan bahwa tidak mungkin Yesus bukan Tuhan. Bayangkan saja, siapa yang mau mengantarkan persembahan besar untuk anak kecil yang masa depannya tidak diketahui? Orang Majus mengetahui masa depan Anak ini dan mereka tahu siapakah Anak ini. Kalau tidak, tidak mungkin mereka meninggalkan kampung halaman dan berjalan tanpa arah hanya dengan mengikuti bintang yang bisa membawa mereka. Mereka meninggalkan anak mereka dan segala yang ada di Timur itu.

Jikalau Yesus bukan Tuhan, Herodes akan nyaman dan tidak tergoncang imannya. Seorang Presiden tidak akan pernah takut bahwa kepresidenan dia akan direbut oleh seorang bayi. Tidak ada Presiden yang perintahkan kepada menteri, “Cari seorang anak dibawah dua tahun di rumah sakit A dan bunuh dia, karena kelak dia akan jadi presiden”. Kalau ada, maka presidennya kurang waras. Mengapa? Raja itu saingannya adalah raja karena raja takut diserbu oleh raja lain. Semua raja takut dikudeta raja saingannya, ditaklukkan dan akhirnya menjadi budak. Semua raja, tidak pernah takut dengan anak kecil karena militernya sangat kuat, untuk apa takut kepada anak kecil? Namun, Alkitab mencatat bahwa Herodes dengan kekuatan yang sangat besar, dia takut kepada Anak Kecil dan memerintahkan bunuh semua anak kecil dibawah umur 2 tahun. Jikalau Yesus bukan Tuhan, ini tidak mungkin terjadi.

Setelah bertemu Herodes, orang Majus dihadapkan dengan dua utusan. Awalnya diutus oleh Tuhan untuk bertemu anak yang bernama Yesus, lalu diutus oleh Herodes untuk memberitahu dimana keberadaan anak itu setelah mereka menemukannya. Menjadi utusan herodes pastilah akan mendapat pahala dan upah karena menjalankan amanat raja. Mereka harus memilih untuk taat kepada siapa. Mereka diutus oleh Tuhan, lalu diutus oleh Herodes kemudian bertemu dengan Tuhan Yesus. Setelah bertemu Yesus, Alkitab mencatat bahwa mereka pulang melalui jalan lain dan tidak kembali ke herodes. Ini beresiko tinggi untuk dibunuh karena dianggap sebagai pengkhianat.

Orang Majus setelah bertemu Tuhan Yesus jika kembali ke kampung halaman, di tengah jalan pasti akan dibunuh oleh anak buah Herodes. Sama seperti kita, jika percaya dan kenal Yesus, apakah semua akan lancar dan aman, hidup sukses dan rekening bertambah terus? Lihatlah orang Majus sekarang, kemanakah mereka dapat lari? Orang Majus tidak dapat menyamar karena menyamar apapun tetap terlihat ke-Yahudiannya. Seperti orang China yang menyamar di tanah Arab , seperti orang Negro yang bersembunyi di tengah kulit putih. Orang kafir dengan orang Yahudi wajahnya, cara jalannya dan bajunya berbeda. Kalaupun mereka didandani dan berjalan seperti orang Yahudi, bagaimana dengan nasib budak-budaknya. Mungkinkah semua didandani juga? Mungkinkah budak-budaknya tidak akan berkhianat dan melaporkan? Namun Tuhan terus menjaga langkah hidup mereka dan akhirnya mereka diberkati oleh Tuhan. Jadi jangan takut mengikut Tuhan meskipun ada ancaman. Kalau belum saatnya mati, tidak mungkin mati. Amin?

Sewaktu Orang Majus membawa persembahan emas, kemenyan dan mur semua itu ada artinya. Emas pertama kali ditulis dalam PL di Kitab Penciptaan / Kitab kejadian pasal 2. Awalnya, emas diciptakan oleh Tuhan berada di Taman Eden. Manusia jaman dahulu belum mengerti nilai emas, setelah jatuh dalam dosa, perlahan mulai mengerti nilai suatu barang. Setelah mengerti nilai, mereka mengelompokkan mana barang yang bernilai dan mana yang kurang atau tidak bernilai. Barang yang mudah rusak, kurang bernilai. Barang yang awet, murni, susah diproses harganya menjadi mahal. Penemuan emas menjadi satu hal yang spektakuler pada masa itu, karena tidak berkarat, berkilau-kilau, mewah dan berat. Akhirnya emas menjadi satu benda yang bernilai sangat mahal.

Di PL, emas dipakai sebagai upeti untuk disembahkan kepada Raja dari bangsa-bangsa lain. Selain itu emas juga diberikan kepada ilah yang disembah. Pada masa itu, dibentuk semacam dewa-dewa yang dilapisi dengan emas karena manusia sadar bahwa emas merupakan pemberian dewa-dewa itu. Waktu jaman Musa saat pembangunan kemah pertemuan / kemah suci, ALLAH meminta untuk dilapisi dengan emas. Jadi jelaslah bahwa emas tidak diberikan kepada orang miskin. Namun, sewaktu Orang Majus mendapati Yesus dan orang tuanya yang sangat miskin, mengapa mereka tetap memberikan emas tersebut? Bukankah mereka dapat berpikir ulang dan menukarkan hadiah selain dengan emas?

Yesus yang diketemui Orang Majus sebenarnya sudah berumur satu tahun lebih dan di dalam rumah sangat kecil, bukan masih di dalam palungan (banyak drama Natal yang salah tafsir). Orang Majus tetap berikan emas, ini namanya iman. Mereka sadar bayi itu adalah Raja dan Raja pantas menerima emas. Emas dianggap sebagai pemberian yang sangat terhormat kepada seseorang yang lebih tinggi derajatnya Waktu Yesus diberikan emas, berarti Orang Majus tahu bahwa Yesus adalah Raja.

Kemenyan dalam PL bukan dipakai untuk dukun. Kemenyan disiapkan menjadi satu korban yang ikut dibakar di dalamnya. Jikalau binatang yang dikorbankan, lemak harus dibakar agar timbul bau wangi-wangian. Namun jika korban sajiannya dari tepung maka kemenyan harus diberikan agar timbul bau wangi-wangian. Semua tugas itu adalah tugas imam sebagai pengantara manusia dengan Allah. Jadi kemenyan yang dipersembahkan menggambarkan Kristus sebagai imam yang menjadi pengantara antara manusia berdosa lalu membawa persembahan itu kepada Tuhan untuk minta ampun.

Bersambung ...

Hadiah Bagi Sang Raja (1)

Berikut adalah Ringkasan Khotbah MRII KEBON JERUK. KKR Natal @Univ Esa Unggul. Minggu 20 Des 2009 "Hadiah Bagi Sang Raja". (just sharing)

Di dalam satu bagian ini terdapat satu rahasia yang sangat penting sekali yaitu seolah-olah muncul satu gambaran: manusia mencari Tuhan Allah. Dalam jaman PL, tidak ada manusia yang mencari Tuhan Allah. Sampai kepada halaman PB ini, barulah seolah-olah ada manusia mencari Tuhan Allah. Mereka bertanya, “Dimanakah Dia, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?”. Kita harus membandingkan dengan seluruh Kitab Suci untuk membandingkan satu kata, “Dimanakah itu.” Dalam PL, waktu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mereka bersembunyi di hadapan Tuhan. Tuhan bertanya, “Dimanakah engkau Adam?”. Jadi pertanyaan, “Dimanakah?” ini muncul di Kitab Suci untuk bertanya kepada manusia yang sudah terhilang itu. Tuhan bertanya bukan karena Tuhan tidak tahu keberadaan mereka. Tuhan tahu, tapi Tuhan tetap bertanya untuk menyatakan bahwa mereka sekarang sedang terhilang di dalam taman Eden dan bukan di luar.

Mereka ada di Taman Eden, sedang melayani Tuhan sedang mengerjakan pekerjaan Tuhan dan sekarang sudah jatuh dalam dosa dan terhilang. Lalu setelah itu, Kain membunuh Habel dan melarikan diri ke wilayah Timur. Sampai ke Kejadian 11, orang-orang berkumpul di tanah Sinear, di Timur. Disanalah mereka memberontak melawan Tuhan dengan mendirikan tempat yang tinggi untuk memuja dewa yang mereka sembah dan akhirnya Tuhan mengacaubalaukan mereka. Orang-orang tersebut menuju ke Timur, itu adalah tempat pelarian dari orang-orang yang melarikan diri. Sampai kepada jaman orang Israel dibuang. Yehuda, kelompok yang Selatan dibuang ke Timur, ke wilayah Babilonia. Babel di wilayah Timur, sehingga Timur sekaligus merupakan satu tempat dimana Tuhan pakai untuk jadi tempat pengajaran kepada anak-anak Tuhan yang tidak taat supaya mereka bertobat. Sampai kepada PB, Tuhan tarik dari Timur ke wilayah Barat yaitu kembali ke Yerusalem.

Meskipun orang berdosa lari sampai jauh, namun anugrah Tuhan tetap menjangkau mereka. Orang Majus datang dari Timur lalu balik arah. Mereka bukan menuju condong ke arah Timur lagi, tapi sekarang mereka membalik arah. Inilah anugrah Tuhan di tengah dosa. Mereka yang di pembuangan, tempat yang begitu gelap, sekarang Tuhan memanggil mereka untuk kembali. Jadi bukan mereka yang mencari Tuhan tetapi Tuhan yang menemukan dan menggerakkan mereka untuk mencari yang namanya Tuhan Yesus.

Orang Majus dan gembala adalah orang yang sangat penting dalam Kitab Suci. Saat gembala sibuk bekerja, malaikat Tuhan menyatakan diri dan memberikan kabar sukacita kepada mereka. Mereka terima dan rela mengorbankan waktu dan pergi untuk dapat menyembah Tuhan Yesus Setiap kelompok orang yang menerima dan membuka hati melayani Tuhan Yesus, tidak akan dilupakan oleh Tuhan. Jarang kita menjumpai drama Natal yang tidak ada gembala dan orang majusnya. Setiap Natal dikumandangkan, gembala dan orang majus tidak pernah ditinggalkan. Mengapa? karena mereka telah menerima berita itu, maka Tuhan tidak melupakan mereka. Coba pikirkan, hak apa yang membuat orang Majus, gembala yang compang-camping dan brewokan untuk maju ke atas mimbar? Hak apa sehingga kandang binatang yang sangat kotor dan bau dapat naik ke atas mimbar? Itu karena kandang binatang pun menerima Tuhan Yesus, sehingga Tuhan ijinkan kandang binatang naik mimbar. Sehingga tidak heran satu-satunya hari dimana mimbar gereja paling jorok, itulah hari Natal.

Jika orang Majus tidak menerima berita Natal, maka sampai hari ini tidak ada orang tahu istilah orang Majus. Di jaman Daniel terdapat istilah magi yang artinya ahli sihir. Namun, orang Majus bukanlah ahli sihir, ahli nujum tapi orang yang diperkirakan mengetahui astronomi, akademik dan intelektualnya tinggi. Orang seperti itu akhirnya Tuhan panggil. Pemilik rumah penginapan dan Herodes menolak Yesus maka Tuhan tidak ijinkan naik ke atas mimbar. Kalaupun itu naik itupun untuk mempermalukan mereka.

Mempelajari orang majus sungguh terkandung rahasia yang luar biasa. Orang Majus waktu berangkat bukanlah 3 orang tapi diperkirakan banyak orang. Mereka membawa semua perhiasan yang begitu mahal untuk Tuhan Yesus yang sangat berisiko dirampok atau dibunuh. Selain itu, dari kabar yang mereka terima, mereka tidak diberitahu akan tiba dalam berapa hari sehingga mereka harus membawa seluruh barang: baju cadangan, perkakas makanan dan barang bawaan budak-budak dan lainnya. Ada tafsiran yang mengatakan perjalanan mereka sekitar ½ tahun dan sekitar 1 tahun. Mengapa? Karena herodes mencari tahu dan memperkirakan selang waktu bintang itu terlihat sampai waktu orang majus bertemu dengannya. Ia memperkirakan waktunya sudah satu tahun lebih, sehingga dikeluarkan perintah untuk membunuh bayi yang berumur di bawah dua tahun.

Waktu ½ tahun atau 1 tahun itu membuktikan bahwa perjalanan orang Majus sangatlah jauh disertai tidak adanya kepastian waktu kapan dapat bertemu dengan Yesus. Dengan iman, mereka terus melangkah. Orang Majus berjalan melihat bintang dan sangat mungkin mereka bisa nyasar. Coba, saudara berangkat pakai petunjuk bulan, nyasar atau pasti sampai? Misal saudara tunjuk satu tempat yang jauh. Orang tanya, “Dimana pak rumahnya?”. Dijawab “Disana”, disana ada seribu rumah. Dia tangkap, “Oh disana.” Dianggap rumah ke-5. begitu tangannya miring sedikit, salah sedikit, sampai kesana sudah jauh. Itu sudah rumah ke-1.000. Beda sedikit cara pandang sudah berbeda arah.

Orang Majus berjalan melihat bintang dan mereka pasti bisa nyasar. Di Alkitab memang tidak dikatakan detail kesusahan mereka di perjalanan karena kalau dibukukan pastilah akan sangat tebal. Mereka berhenti di satu kota dan bertanya-tanya tentang keberadaan raja Israel, dihina-hina, dianggap gila dan bodoh, pergi lagi ke kota lain dan seterusnya. Merekapun dianggap bodoh karena orang yang ditanya rata-rata pikir bahwa bintang sulit memimpin dan menunjukkan satu tempat. Mereka memakai iman dan tetap taat mencarinya. Tuhan menguji iman mereka dengan waktu yang sangat panjang. Kadang Tuhan menguji kepercayaan seseorang memakai lamanya waktu apakah orang itu percaya dengan sungguh-sungguh atau hanya emosi sesaat saja.

Waktu gembala mendengar berita Natal, mereka juga diuji oleh Tuhan. Dikatakan bahwa ”Hari ini telah lahir bagimu bayi yang dibungkus dengan lampin dan di dalam palungan”. Setiap orang jaman itu sudah tahu bahwa bayi dibungkus dengan lampin tapi untuk tempatnya, yaitu di palungan inilah yang sangat membingungkan mereka. Waktu mereka pergi tidak ada tanda-tanda apapun (blok mana, RT mana, RW mana) sehingga harus sering tanya orang. Saat mereka tanya orang biasanya akan dicemooh oleh orang tua bayinya. Tak jarang mereka dianggap bodoh dan kurang waras karena seharusnya bayi ditaruh di kamar bukan di palungan.

Inilah ujian di tengah pencarian bayi di palungan, mereka bisa mundur iman, serta menyangka bahwa malikat itu berkata bohong. Namun mereka terus-terus mencari dan akhirnya ketemu. Ini namanya ujian. Iman perlu diuji. Abraham juga pernah diuji seperti ini. Sewaktu Tuhan menyuruh Abraham untuk pergi ke tanah Moria dan pergi ke salah satu gunung, Abraham taat dan akhinya sampai ke gunung yang Tuhan tentukan.

bersambung ...

Failure

READ: Matthew 26:69-75

According to columnist Perry Buffington, a licensed psychologist, failure takes on a life of its own because the brain remembers incomplete tasks or failures longer than successes or completed activities. It’s called the “Zeigarnik effect.” Buffington states, “When a project or a thought is completed, the brain . . . no longer gives the project priority or active working status.

. . . But failures have no closure. The brain continues to spin the memory, trying to come up with ways to fix the mess and move it from active to inactive status.”

Peter failed in many ways, but Jesus fixed the mounting mess of the apostle’s failures and moved his blunders from active to inactive status. Peter failed in at least two ways that people most fear: being powerless in a crisis and awkward in a social setting. In the most important times of his life with Jesus—the Caesarea Philippi scene (Matthew 16:20-23), the transfiguration scene (17:1-4), and the foot-washing scene (John 13:4-10)—Peter said the most inappropriate things. He failed because the deluge of his pride overpowered him, and he attempted to blanket himself in his own strength. At the arrest of Jesus, he collapsed and became a pathetic coward (Matthew 26:69-75). His heart deceived him and he denied his Teacher and Lord. But Jesus gave him a second chance and moved his failure from active to inactive (Mark 16:7; John 21:15-17).

Jesus can move our failure to inactive status when we realize that He’s bigger than our failures and He’s willing to give us another chance. If our failures are the result of sin, then we should confess our sins to God and genuinely repent (1 John 1:9). When we fail, we can and should get up again (Proverbs 24:16). And we should press on in Jesus’ power (Acts 3). —Marvin Williams

Dead to Sin, Alive in Christ

Tonight I take a quiet moment, sit nearly & listen carefully to what God said. I open ODJ website and find today devotional topic. It discussed about "Dead to Sin, Alive in Christ".

READ: Romans 6:1-13

Cleaning my home is not my preferred choice of activity most days, but I do enjoy the fruit of my labor once the task is done. I don’t mind the dusting or the vacuuming; it’s the endless prerequisite task of straightening that bores me. The other day, when I found a small puzzle piece, I was tempted to throw it away. I had bigger tasks to tackle and didn’t want to be sidetracked. I realized, though, that without that small piece the puzzle would remain forever incomplete, and the other pieces would soon follow the one into the trash.

Like throwing away an inconvenient, left-behind puzzle piece, we may find it tempting to brush aside what we define as a small issue of sin. We reason that its impact will be minimal because it seems inconsequential. The call for every believer, however, is to pursue character that reflects God’s own (Philippians 1:6,9-11). Reminding us of God’s love for us, the Song of Solomon reveals that we have a role in protecting our love relationship with Jesus: “Catch all the foxes, those little foxes, before they ruin the vineyard of love, for the grapevines are blossoming!” (2:15).

When describing the death that sin brings, Romans 6:23 doesn’t differentiate between size or category. Any sin we willfully hang on to brings separation from God (Isaiah 59:2) and eventual death. In our spiritual lives, we can keep away the little foxes by: • Guarding our hearts. The enemy often uses our desires and temptations to open the door to sin (Proverbs 4:23). • Confessing our sins. Admitting our failings reminds us that in our own strength we miss the mark, but through God transformation is possible (Romans 6:7).


It remind me not to enjoy my sin since I've been set free from being slave of sin. Being a Christian since I was in Sunday School doesn't make me a 100 % holy person. Accepting Christ as my Saviour didn't guarantee that I will become an sin-invulnerable-person. The fact is I'm still doing sins. Fall down, stand up, fall again. Uniquely what makes me fall is "small" sin. I do know that sin is sin. There is no small, medium or large size as we usual order beverages in fast-food restaurants. What I called "small" sin is every action/behaviour that I think It-is-ok-and-normal, but It leads to sin. Something like anger, dirty-unused words, "white" lying, too-much-proud, self-centered, and several sins that become my daily friends.

It's not easy to control my eyes, mouth, not to mention my heart. Motivation beyond my action is one of them. I have learnt that every time I am far away from God, the sin will take control. When God doesn't exist, evil does. When God is "released" from my mind/heart, evil will take His place. When we "released" God ? It is the moment when our relationship with God is so broken, so rarely. When we do not enjoy our devotional time, when we do not have time to pray, evil will whisper. The point is our relationship with God, based on quality not quantity. When we enjoy Him so much, we will keep dealing with the small sins. So, when we reflect moment of sin, it must be moment where God doesn't become number one in our heart ; He is not primary, just second place.

Is it easy ? No, off course. This theory is simple to read but hard to act. Since we are "trapped" in our mortal flesh. We struggle. We defend. We win. Knowing our weakness points will be the first to-do-list.

Let's fight together,


Warrior of Christ.

Cari Blog Lain

Program Bisnis Internet Gratis